Beda Cara Berpikir S1 (Sarjana), S2 (Master) dan S3 (Doktor)

Andri Sunardi - Andri Sunardi - Freelancer - Web Developer - CEO DIW.co.id Back To All Blogs
Google Adsense
Blog - 43 - Andri Sunardi - Freelancer - Web Developer - CEO DIW.co.id

Beda lulusan S1, S2 dan S3 adalah cara berpikirnya yang berbeda. Sayang sekali jika anda mengeluarkan uang dan membuang waktu untuk belajar tanpa mampu mengukur dan mengetahui apa yang sebenarnya anda didapatkan di bangku perguruan tinggi. S1 / Sarjana Saat anda menempuh pelajaran di untuk meraih gelar di strata 1, anda membangun landasan (dasar-dasar) akademis dan pengenalan terhadap jurusan / bidang study anda. Karena itu di semester-semester awal anda diwajibkan mengambil General Education (untuk yang belajar di Amerika), atau ilmu-ilmu dasar (untuk yang sekolah di Indonesia). Misalnya Matematika dasar, Ilmu Alam dasar, Dasar-dasar Ilmu sosial, Filosofi dan Kewiraan (mungkin yang ini sudah tidak ada sekarang), dan sebagainya. Anda belajar untuk menjadi seorang intelektual, bagaimana berpikir dari sisi keilmuan dan akademis. Kemudian di semester-semester lanjut (Sophomore, Junior dan Senior untuk di AS, semester 3-akhir untuk di Indonesia), anda belajar mengenai jurusan anda. Mulai dari tidak tahu, menjadi tahu. Misalnya, jika jurusannya teknik elektro, tadinya saat lulus SMA tidak tahu sama sekali mengenai generator, trafo, motor, jaringan transmisi dan distribusi, sistem-sistimnya, kini menjadi tahu. Demikian juga untuk ilmu lainnya. Bedanya dengan D3, adalah D3 lebih jalur cepat, langsung ke praktisnya, banyak ilmu2 pengenalan akademis tidak diajarkan di D3, karena D3 ditujukan untuk langsung praktek. Cara berpikir sistematis lebih dimiliki lulusan S1 dibanding dengan lulusan D3. Di pendidikan sarjana ada pembuatan skripsi yang bertujuan untuk membentuk pola berpikir sistematis : Pendahuluan, latar belakang, permasalahan, metodologi, hipotesa, hasil penelitian, kesimpulan, saran, daftar pustaka. Semua itu membentuk mahasiswa untuk berpikir secara sistematis dan metodologis. jadi tidak "ngawur" dan lompat-lompat. Pendidikan sarjana harusnya mengajarkan khasanah ilmu yang ada sehingga ia menjadi orang yang terdidik. Ia memiliki dan menguasai suatu disiplin atau metoda berpikir di bidangnya. Ia memiliki pemahaman tentang dunia yang lebih tepat. Ia juga bisa belajar bahan dan materi yang lebih sukar. Kemudian ia bisa menerapkan ilmunya untuk persoalan-persoalan yang generik. Artinya jenis persoalan yang memang sudah pernah diajarkan. Di Indonesia, lulusan S1 harus mendapat pendidikan spesifik lanjutan sesuai pekerjaan yang biasa disebut dengan pendidikan pra jabatan yang diselenggarakan oleh pemberi kerja seperti PLN, Telkom dll. Setelah itu, secara berkala, setiap karyawan akan mendapat pendidikan / pelatihan sesuai dengan tingkat beban pekerjaan yang dilakukannya. Lulusan S1 harus "siap" memasuki dunia kerja yang beragam tapi masih berhubungan dengan bidang studinya. Lulusan S1 harus mengerti penjelasan atas penyelesaian masalah yang disampaikan lulusan S2, baik secara langsung / lisan atau yang sudah termuat di SOP / Standard Operating Procedure, mampu membaca gambar teknik, untuk diterapkan secara sistematis / step by step untuk dilaksanakan oleh pelaksana dilapangan yang lulusan D3 atau lulusan STM. S2 / Master S2 / master, lebih fokus. Dibandingkan dengan S1 dan D3, S2 lebih fokus dalam jurusannya. Karena itu lulusannya disebut Master. Master of Arts, Master of Business Administration, Master of Fine Arts, Master of Science, Master of Theology, Master of Divinity Science dsb. Mereka harus menguasai bidang yang mereka pelajari. Kali ini mereka tidak mempelajari hal-hal dasar lagi, tapi sudah lebih lanjut. Karena itu, jika anda ingin mengambil S2, harus jelas dan fokus apa maunya. Sebab kalau tidak, anda tidak akan menjadi master dalam bidang anda itu. S2 lebih ke arah strategis, S1 dan D3 lebih taktis. Jika anda perhatikan ada perbedaan cara berpikir antara lulusan S2 dan S1 ataupun D3. S2 lebih memikirkan hal-hal yang sifatnya strategis dan akibatnya, lebih jauh ke depan. Karena itu lulusan S2 biasanya mendapat pekerjaan dengan posisi yang lebih tinggi, dibandingkan S1 ataupun D3. Lulusan S1 lebih banyak di tingkat taktis, oleh karena itu biasanya mereka berada di lapangan dan mengerjakan hal-hal yang taktis, bukan strategis. Lulusan D3, lebih taktis lagi, biasanya dibagian-bagian lapangan, dan sifatnya praktis. Dalam ruang kelas pendidikan S2, peserta program master selalu diberi banyak sekali studi kasus / masalah, sesuai bidangnya, untuk diselesaikan. Sehingga di pekerjaan, mereka cenderung untuk menyelesaikan masalah-masalah. Tentu saja yang di maksud adalah kasus-kasus yang belum pernah terjadi dan belum ada buku panduan untuk menyelesaikannya. Tugas si master inilah untuk membuat buku panduan / SOP / Sistem Operational Procedure / Buku pintar, yang akan jadi panduan bagi tamatan S1, tamatan D3 dan tamatan STM untuk melakukan pekerjaan di lapangan. S1 sendiri bertanggung jawab untuk mempunyai kemampuan membaca gambar teknik atau menerima penjelasan dari master untuk menyelesaikan masalah, kemudian membuat langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan pelaksana D3 dan STM untuk menyelesaikan masalah. Lulusan S2 harus bisa mendesain dan menginovasi solusi baru. Lulusan S2 harus siap berinovasi dalam profesi. S3 / Doktor PhD adalah jenjang pendidikan untuk peneliti atau orang-orang yang akan mengambil jalur akademis, misalnya menjadi dosen atau guru atau orang bekerja dalam bidang riset seperti LIPI. Seorang doktor diharapkan menghasilkan berbagai penemuan baru melalui penelitian-penelitiannya, karena itu biasanya ukuran keberhasilan mereka adalah makalah yang dipresentasikan dan yang dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah di bidang mereka / di institusi mereka. Doktor / Peneliti adalah orang yang senang mencari kemudian memodifikasi pengetahuan baru. Jadi syarat utama seorang doktor sebenarnya adalah keinginan untuk merenungi, memahami, meneliti, dan menghasilkan suatu inovasi terhadap sebuah objek. Tanpa keinginan untuk meneliti dan menulis, pendidikan doktoral sebenarnya sia-sia. Para doktor dan mereka yang berpikir seperti doktor seperti Steve Jobs, Bill Gates, Einstein, Newton, Thomas Alfa Edison, akan mempelajari, merenungi dan melakukan penelitian untuk menemukan hal / masalah, yang bagi orang lain sebenarnya masalah itu tidak ada, tapi mereka mempunyai kemampuan untuk "melihat" masalah yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Setelah itu, mereka melakukan usaha, penelitian untuk mencari solusi / jalan keluar dari hal / masalah yang dicoba untuk dilihatnya tadi. Misalnya 100 tahun yang lalu, petani panen padi satu kali setahun. Para doktor atau pemikir ini mencoba melihat masalah dalam objek ini, dalam hal ini, mereka "melihat" kemungkinan petani bisa panen tiga kali panen padi setahun. Dalam tahap ini mereka akan dianggap "gila", karena pada saat itu, panen padi hanya satu kali setahun. Kemudian doktor atau pemikir itu melakukan penelitian, misalnya dengan melakukan rekayasa genetika, menyinari padi dengan sinar radioaktif sehingga gen si padi jadi ber-ubah sehingga pada akhirnya para doktor mempublikasikan cara untuk bisa panen padi tiga kali setahun. Pada tahap ini mereka akan dipuji dan dianggap jenius. Jadi, mungkin saja, "gila" atau "dianggap gila" adalah tanda tanda atau jalan untuk mencapai jenius. Copernicus beberapa abad yang lalu mengatakan bumi itu bulat padahal semua orang pada zamannya mengatakan bahwa bumi ini tidak bulat alias datar. Ini diyakini oleh Colombus dan Colombus bilang bahwa India yang ada di timur, dapat dicapai jika kita berlayar ke barat. Sebelum pemikiran mereka menjadi kenyataan, mereka dianggap gila oleh masyarakatnya, tapi bukankah ia sebenarnya adalah jenius dan berpikir melebihi cara berpikir masyarakat yang hidup di zamannya. Bukankah seorang doktor sudah seharusnya berpikiran jauh, melebihi cara berpikir masyarakat lainnya di zaman-nya ? Pendidikan doktoral (S3) dimaksudkan untuk menghasilkan peneliti. Lulusan S3 harus siap meneliti dan mempublikasi pengetahuan baru. Sumber : http://www.elektranews.com/elektra/m-article-2013-02-10/beda-cara-berpikir-s1-s2-s3.html

Back To All Blogs View Blogs On Office

"Beda Cara Berpikir S1 (Sarjana), S2 (Master) dan S3 (Doktor)"

Office
Andri Sunardi - Andri Sunardi - Freelancer - Web Developer - CEO DIW.co.id

Andri Sunardi

I'm a full stack developer with a passion for software development and UX. You can follow me via the various channels below:
comments powered by Disqus
Domainesia
Domainesia
Andri Sunardi - Andri Sunardi - Freelancer - Web Developer - CEO DIW.co.id

Interested in hiring me for your project?

Looking for an experienced full-stack developer to build your web app or ship your software product? To start an initial chat, just drop me an email at info@andrisunardi.com or use the form on the contact page.
Choose Colour